Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

5 polisi Irak tewas dan 9 lainnya luka oleh serangan mujahidin di Baghdad

Written By Unknown on Jumat, 03 Mei 2013 | 17.11

BAGHDAD (Arrahmah.com) – Kepolisian rezim Syiah Irak menyatakan serangan terhadap markas kepolisian distrik Tarimiah pada Rabu (1/5/2013) malam menewaskan 5 polisi dan mencederai 9 lainnya, laporan harian Al-Sumaria News.

Sumber di kepolisian Irak menyatakan kepada harian Al-Sumaria News, "Perhitungan terakhir korban serangan bersenjata pada tadi malam terhadap markas kepolisian distrik Tarimiah, Baghdad Utara, adalah lima polisi tewas dan Sembilan polisi cedera."

Sumber itu menyatakan para polisi yang cedera telah dievakuasi ke rumah sakit untuk menjalani perawatan medis.

Mujahidin Islam menyerang markas kepolisian Irak di distrik Tarimiah, Baghdad Utara pada Rabu malam. Laporan awal kepolisian Irak menyebutkan bahwa kepala kepolisian distrik Tarimiah dan empat anggotanya tewas dalam serangan tersebut. (muhibalmajdi/arrahmah.com)


17.11 | 0 komentar | Read More

Tv One kembali berulah dalam penangkapan "terorisme" di jalan Bangka

Oleh: Fajar Shadiq / Jurnalis An-Najah.net

(Arrahmah.com) – Drama penangkapan terduga terorisme kini muncul lagi di layar kaca. Namun, kali ini yang menjadi aktornya adalah dua orang yang tinggal di kontrakan dan berbisnis air isi ulang di Jalan Bangka, Mampang, Jakarta Selatan.

Kamis, 2 Mei 2013, sekira pukul 22.00. Aksi penggerebekan dan penangkapan yang dieksekusi oleh tim Densus 88 terlihat sangat heroik di layar kaca. Beberapa barang bukti yang diduga cairan kimia yang berada dalam deretan botol-botol plastik dan jerigen dikeluarkan oleh tim Densus ke depan teras rumah beserta beberapa barang bukti lainnya seperti panci, blender, kabel-kabel dan lainnya tersorot kamera berita.

Liputan eksklusif penangkapan terduga terorisme seperti biasa disuguhkan oleh TV-One. Sejak digawangi oleh Karni Ilyas, sosok yang dikenal akrab dengan Gories Mere, saluran ini banyak mendapat akses eksklusif ke dalam tubuh kepolisian, termasuk mendapat liputan khusus yang tidak didapat stasiun televisi atau media lain khususnya dalam hal perburuan menangkap teroris.

Yang membuat spesial penangkapan semalam, Kamis (02/05/13) adalah momentumnya yang bertepatan dengan  akan dilaksanakannya Aksi Solidaritas Umat Islam terhadap Muslim Rohingya yang sedianya akan dilaksanakan pada hari ini, Jumat (03/05/13) di Bundaran HI, Jakarta.

Banyak kejanggalan yang dirasakan oleh para tokoh umat Islam atas penangkapan terduga terorisme semalam. Hal ini juga dinyatakan langsung oleh Bernard Abdul Jabbar, seorang da'i dan tokoh umat Islam yang sekaligus berperan sebagai Korlap Aksi Solidaritas Rohingya. Bernard Abdul Djabbar menilai, ada upaya dari pihak keamanan dan Kedubes Myanmar untuk menggagalkan aksi umat Islam.

Hal itu dapat terlihat dari gerak cepat Densus 88 dalam menyimpulkan penemuan bahan peledak yang ada kaitannya dengan pemboman Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar. Bernard Abdul Djabbar menanyakan, mengapa jam 10 malam dilakukan penggrebekan, namun tiba-tiba Polisi sudah menetapkan terduga mau melakukan pengeboman Kedubes Myanmar. "Ini janggal," katanya seperti dilansir Islampos.com, Jum'at (3/5/2013).

Sementara itu, sehari sebelum aksi, pihak FUI mengaku didatangi Kapolda Metro Jaya guna memfasiltasi pertemuan dengan pihak Kedubes Myanmar. Namun, FUI menolak ajakan itu. Sebab pihak Kedubes hanya membatasi tiga orang perwakilan umat Islam dalam pertemuan, sedangkan FUI ingin datang bersama massa umat Islam.

Momentum penangkapan terduga teroris

Kejanggalan-kejanggalan dalam penangkapan terduga teroris bukan kali ini saja terjadi dalam "proyek pemberantasan terorisme di Indonesia". Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh AM Muslih di situs berita Islam voa-islam.com, ia memaparkan banyak kejanggalan dalam penangkapan terorisme yang selalu bertepatan dengan agenda atau momen besar. Misalnya dalam kasus pengerebekan terduga pelaku terror di Solo dan meledaknya sebuah bom di rumah Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara pada tahun 2011, saat itu bertepatan dengan peristiwa peringatan 10 tahun Black September, peristiwa  runtuhnya gedung WTC di AS pada 11 September 2001.

Sebelumnya tahun 2010, kesuksesan penumpasan Dulmatin oleh Densus 88 juga pas dengan suhu politik sedang panas. Hasil Pansus Century yang dikukuhkan dalam Paripurna DPR, di mana Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani pun dinilai sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Akibatnya, isu pemakzulan pun bertiup kencang

Kemudian, mundur lagi setahun sebelumnya, pada 2009, ada ledakan bom yang terjadi di hotel JW Mariott dan Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tepat ketika pihak-pihak yang sedang mempermasalahkan jumlah kecurangan pemilu melalui saksi-saksi yang tergabung dalam timsukses JK-Win dan Mega-Pra (pada tanggal 20 Juli saksi JK-Win menolak menandatangani kesaksiannya, dan tanggal 21 Juli menyusul saksi Mega-Pra juga menolak kesaksiannya).

Jadi, tepatnya kejadian penangkapan teroris dengan adanya isu-isu besar di negeri ini bukan hanya isapan jempol belaka. Tapi, sudah berulang kali dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan.

Kejanggalan TV-One dalam Penangkapan di Jalan Bangka

Saat peristiwa penangkapan semalam, saya sempat mengikuti liputan eksklusif yang disuguhkan oleh TV-One dan menemukan adanya beberapa keganjilan-keganjilan terkait penangkapan tersebut. Siaran eksklusif yang disiarkan oleh TV-One ini dipandu oleh Ecep S. Yasa, reporter yang biasa meliput aksi-aksi terkait terorisme. Tak kurang dari 20 menit Ecep S Yasa berbicara di layar kaca untuk menjelaskan kepada pemirsa betapa berbahayanya terduga teroris yang ditangkap saat itu.

ecep s yasa

Ecep S. Yasa pada saat melaporkan reportasenya kepada pemirsa seakan sudah mengerti dan mendalami para terduga terorisme yang baru saja ditangkap. Pertama, ia sudah menjustifikasi tanpa ada pendalaman dan interogasi sebelumnya kepada para terduga yang ditangkap di Jalan Bangka bahwa para terduga ini motif aksinya dilakukan untuk solidaritas terhadap Muslim Rohingya. Bagaimana Ecep sang jurnalis, bisa lebih tahu niat dan motivasi seseorang daripada polisi yang baru saja melakukan tindak penangkapan. 

Kedua, Ecep S. Yasa sudah berani mengatakan bahwa terduga teroris yang ditangkap ini adalah bagian dari jaringan Farhan yang pada Agustus 2012 lalu dianggap melakukan aksi penembakan dan pelemparan granat di Solo. Padahal beberapa saat kemudian, Boy Rafli Amar selaku Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri di Tv One maupun di Metro TV menyatakan belum ada indikasi yang jelas bahwa terduga yang ditangkap di Jalan Bangka terkait dengan jaringan teroris yang sudah ada atau merupakan jaringan baru.

Dalam hal ini, Ecep S. Yasa telah melakukan kebohongan publik dalam melakukan tugas jurnalistiknya, ia sudah mendahului polisi dan jaksa dalam menghakimi seseorang telah terlibat dan merupakan bagian dari jaringan terorisme yang ada di Indonesia.

Demikianlah adanya, sandiwara dan proyek "pemberantasan terorisme" di Indonesia belakangan ini terlihat semakin hiperbolis dan cenderung memaksakan "fakta". Entah sampai kapan ini berakhir, yang jelas umat Islam juga tak akan tinggal diam. Jika aspirasi umat Islam seperti pada gencarnya pembubaran Densus 88 beberapa waktu yang lalu dikebiri, sementara pihak kepolisian terus melakukan kezaliman dengan melakukan rekayasa fakta, penangkapan, penindakan yang sewenang-wenang bahkan hingga pembunuhan atas muslim yang tak berdosa. Allah Swt. mesti memiliki rencana besar di balik ini. Wallahu a'lam..

 (samirmusa/arrahmah.com)


17.11 | 0 komentar | Read More

Markas kepolisian dihancurkan mujahidin, rezim Syiah Irak terapkan larangan bepergian di distrik Tarimiah

BAGHDAD (Arrahmah.com) – Sumber di kepolisian rezim Syiah Irak menyatakan pada Kamis (2/5/2013) bahwa telah diterapkan larangan bepergian di distrik Tarimiah pasca serangan bersenjata terhadap markas kepolisian distrik Tarimiah oleh lebih dari 50 "pria tak dikenal", laporan harian Irak Al-Masalah.

Serangan mujahidin pada Rabu malam (1/5/2013) itu menewaskan perwira polisi berpangkat letnan kolonel, empat polisi dan mencederai sembilan polisi lainnya. Seorang kolonel dan enam anggotanya dalam regu penjinak bom ikut tewas saat gagal menjinakkan sebuah bom yang ditinggalkan oleh mujahidin setelah mereka menguasai markas kepolisian distrik Tarimiah. Ledakan bom itu menghancurkan secara total bangunan markas kepolisian.

Sumber itu mengatakan kepada harian Al-Masalah, "Telah diterapkan larangan bepergian di distrik Tarimiah dan desa-desa sekitarnya sejak Kamis pagi. Posko-posko pemeriksaan polisi dan militer di wilayah-wilayah terdekat semakin memperketat pemeriksaan setelah lebih dari 50 pria bersenjata menyerang markas kepolisian distrik Tarimiah."

Sumber itu menjelaskan, "Lebih dari 50 pria pada Rabu malam kemarin melakukan serangan terhadap markas kepolisian distrik Tarimiah, Baghdad Utara dengan ranjau, senjata mesin dan bom. Serangan itu langsung menewaskan komandan polisi berpangkat letkol, seorang polisi lainnya dan mencederai enam polisi."

"Sebuah pasukan penjinak bom didatangkan pada Kamis pagi. Tim itu langsung memeriksa lokasi dan saat mereka bekerja untuk menjinakkan bom, tiba-tiba bom itu meledak. Ledakan itu menewaskan perwira berpangkat kolonel dalam pasukan penjinak bom," kata sumber itu kepada Al-Masalah.

Mujahidin Daulah Islam Irak dan Jama'ah Ansharul Islam semakin gencar menyerang markas-markas kepolisian dan tentara rezim Syiah Irak. Serangan-serangan mereka sangat efektif dan menimbulkan kerugian jiwa dan materi yang besar di pihak rezim Syiah Irak pimpinan PM Nouri al-Maliki yang represif terhadap kaum muslimin sunni. (muhibalmajdi/arrahmah.com)


17.11 | 0 komentar | Read More

Serangan mujahidin tewaskan perwira polisi Irak di utara Baghdad

BAGHDAD (Arrahmah.com) – Sumber di kepolisian rezim Syiah Irak menyatakan pada Kamis (2/5/2013) bahwa seorang perwira polisi tewas oleh serangan bersenjata di utara Baghdad, laporan harian Irak Al-Masalah.

Sumber itu mengatakan kepada harian Al-Masalah, "Beberapa orang tak dikenal yang bersenjata, pada hari Kamis, melepaskan tembakan dari jenis senjata berperedam suara ke arah sersan Ahmad Sadiq, anggota kepolisian di desa Situ Miah, kawasan Shulaikh, utara Baghdad. Serangan itu langsung menewaskannya di lokasi kejadian."

Usudul Kawatim adalah regu khusus mujahidin Daulah Islam Irak yang terkenal dengan operasi-operasi serangan mempergunakan pistol berperedam suara. Serangan-serangan mereka telah menewaskan banyak tentara, polisi dan pejabat rezim Syiah Irak di wilayah perkotaan Irak. (muhibalmajdi/arrahmah.com)


17.11 | 0 komentar | Read More

Gagal jinakkan bom, 1 polisi tewas dan 3 lainnya cedera di Karbala

KARBALA (Arrahmah.com) – Seorang polisi rezim Syiah Irak tewas dan tiga polisi lainnya cedera parah saat mereka mencoba untuk menjinakkan sebuah bom di pusat kota Karbala pada Kamis (2/5/2013).

Kantor Berita Irak, INA, mengutip dari sumber di kepolisian Irak mengatakan bahwa seorang polisi tewas dan tiga polisi lainnya. Mereka adalah pasukan penjinak bom yang mencoba untuk membuka rangkaian bom yang ditemukan di kota Karbala. Namun bom itu meledak dan mengenai mereka.

Mujahidin Daulah Islam Irak selama ini biasa menggunakan taktik penanaman ranjau darat dan pemasangan bom tempel. Taktik itu terbukti efektif menewaskan banyak polisi, tentara dan pejabat rezim Syiah Irak.(muhibalmajdi/arrahmah.com)


17.11 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger