JAKARTA (Arrahmah.com) – Kecamuk perang di Yaman memang tidak bisa dihindari, selain karena permintaan resmi Presiden Yaman Manshoor Hadi, pemberontakan yang dilakukan oleh radikalis Hutsi juga dianggap telah mengganggu berbagai aspek di Yaman. Dalam pernyataannya kedutaan besar Arab Saudi menjelaskan bahwa beliau setuju dengan pernyataan pimpinan DPP Al Irsyad bahwa ancaman ideologi syiah memang berbahaya, namun menurutnya yang paling berbahaya adalah karena gerakan hutsi yang radikal dan mengancam kestabilan Yaman.
Komentar ini terlontar setelah beberapa ulama yang hadir menyatakan dukungannya terhadap serangan udara di bawah komando Arab Saudi. Beberapa ulama mengaitkan serangan tersebut dengan pembasmian Syiah yang dianggap sesat dan harus diwaspadai pula oleh Indonesia.
Menjelaskan hal tersebut, Duta besar Saudi menyatakan bahwa sebenarnya ajaran syiah zaidiyyah dihormati di Arab Saudi. Bahkan, buku-buku karangan para ulama zaidiyyah juga dipelajari di universitas-universitas Arab Saudi. Namun, kelompok syiah huthi ini memiliki paham radikal yang dibawa setelah pendiri gerakan ini belajar ke Iran yang notabenenya adalah syiah imamiyah.
Paham syiah iran ini menjadi berhabaya karena syiah yang dianut adalah syiah imamiyah yang memiliki obsesi menyebarkan faham radikalnya ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
"Pendiri kelompok ini, Badrudin Al-Houthi, pernah belajar di Iran dan membawa paham radikalnya dengan membentuk Houthi pada 2004 untuk menghancurkan Yaman.," tutur Ibrahim Annugemsi dari Atase Keagamaan Arab Saudi, dikutip dari Gemaislam.com.
Pernyataan in didukung oleh Ali Mustofa Yakub, menurutnya ahlusunnah adalah rahmatan lil alamin, hanya faham ahlussunnah yang bisa menjaga menjaga keutuhan Negara Indonesia.
"Mereka yang di luar ahlussunnah memiliki prinsip: kalian ikut kita atau kalian kita bunuh, karenanya jangan sampai gerakan ini masuk ke indonesia dan mambahayakan NKRI" tegasnya.
Pendiri Syiah Houtsi, Husein al-Houthi mengatakan, "Seluruh kejelekan yang ada pada umat ini.., setiap kezaliman yang terjadi pada umat ini… dan segala bentuk penderitaan yang dirasakan umat ini… adalah tanggung jawab Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Khususnya Umar, dialah sutradaranya".
Dia juga berkata tentang baiatnya para sahabat kepada Abu Bakar setelah Rasulullah ﷺ wafat: "Dampak kejelekan baiat itu masih terasa hingga sekarang".
Pendiri gerakan separatis ini juga mengatakan, "Permasalahan Abu Bakar dan Umar adalah permasalahan besar. Merekalah dalang semua (keburukan) yang didapat umat ini".
Karena itu, di Iran mereka melakukan revolusi. Di Bahrain melakukan pemberontakan. Di Libanon mereka menguasai kebijakan negara dengan militer non pemerintah yakni grup Hizbullah. Di Yaman mereka memberontak. Di Indonesia? Mereka pun sama. Mereka adalah Syiah 12 Imam.
Secara khusus mereka sangat membenci Umar. Seorang sahabat yang agung yang memadamkan api majusi dengan menaklukkan imperium Persia.
Husein al-Houthi mengatakan, "Muawiyah adalah buah di antara kejelekan Umar. Dan tidak hanya Muawiyah saja racun dari kejelekan Umar bin al-Khattab, Abu Bakar juga merupakan hasil dari kejelekannya. Demikian juga dengan Utsman, ia juga hasil kejelekan Umar". (azm/arrahmah.com)